Vol.1.No.3 September 2015. Ahmad Halid, Ismailisasi Pendidikan Anak
ISSN: 2460-3325 (Pendidikan Karakter)
ISMAILISASI PENDIDIKAN ANAK
(Model Qiyas Pendidikan Anak)
Ahmad Halid
Dosen Tetap Yayasan Fakultas Agama Islam Universitas
Islam Jember
ABSTRAK
Judul ini diambil
dari semangat qurban atau Udhhiyah sembelihan terhadap hewan Qurban. Pendidikan kurban
adalah pendidikan Ilahiyah dan Insaniyah (Sosial) untuk
mencapai kecintaan kepada Allah dan mencapai kepedulian sosial kemasyarakatan. Pendidikan ini melatih
kecerdikan anak untuk menghilangkan penyakit sosial terhadap harta dan menumbuhkan rasa solidaritas, kebersamaan hidup sesama
makhluq.
Ismailisasi pendidikan anak adalah potret pendidikan
Nabi Ibrahim kepada putranya (ismail) ketika diperintahkan untuk disembelih
(qurban). Peristiwa tersebut merupakan
proses pendidikan yang humanis, cinta dan relegius. Karena
itu, pendidikan kita kedepan supaya
mendesainnya sesuai dengan pendidikan Ibrahim as. Pendidikan Nabi Ibrahim as yang dapat diteladani adalah pendidikan taat, tadabbur dan sabar, religious dan social kemasyarakatan yang sangat tinggi untuk mengabdi pada Allah dan membangun ka’bah serta melahirkan Ismail yang berkualitas di sector
kognitif, Afektif dan psikomotorik. Sehingga dapat dicontoh pengembangan
pendidikan karakter anak saat ini maupun kedepan.
Key Word: Ismailisasi, pendidikan, anak
Pendahuluan
Sesuatu yang
melatarbelakangi pengambilan topik ini sebenarnya diinspirasi pada pelaksanaan
ibadah qurban yang lalu (2015) ketika penulis sedang menyembelih 3 ekor kambing.
Saat itu terlintas bahwa ibadah qurban merupakan pendidikan yang memiliki rangsangan
dan makna kompleks dalam kehidupan artinya ibadah sosial yang mengandung
berbagai macam interpretasi pendidikan, yaitu pendidikan pengetahuan, keimanan,
ritual (ibadah kepada Allah) (mensucikan hati), pendidikan cinta, pendidikan social kemasyaraka-tan, pendidikan harta,
pendidikan kebersamaan dan kebermaknaan hidup bersama, dan seterusnya.
Jenis pendidikan Ibrahim adalah pendidikan pembentukan
karakter. Karena itu, Terasa perlu diterapkan diberbagai unit pendidikan dan
pendidikan keluarga, masyarakat dan seterusnya.
Metode Penelitian
Salah satu
keberhasilan suatu penelitian tergantung pada kecocokan
metode penelitian yang digunakan. Metode yang digunakan penelitian ini meliputi sebagai berikut:
1.
Jenis penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian library research (penelitian
kepustakaan). Peneliti mengkonsentrasikan langsung pada teks-teks,
literature-literatur, manuskrip yang relevan dengan judul ini.
2.
Pendekatan
Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif artinya peneliti tidak menggunakan
angka-angka, akan tetapi menggunakan dalam bentuk atribut-atribut atau
simbol-simbol untuk menghasilkan teori yang bukan dari hipotesis-hipotesis
rekayasa awal (hypothesa testing), tetapi sebagai generating theory yang akan
menghasilkan teori substantive, menghandalkan ketajaman analisis dan obyektif
serta sistemik.
3.
Metode menghasilkan data
Untuk
menghasilakan data dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode
manuskrip, dokumentasi dan pengumpulan teks-teks asli, karya para
pakar pendidikan atau pengutipan secara tidak langsung terhadap karya
mereka.
4.
Sumber data
Data primir
penelitian ini adalah surat as-shaffat,
102 dan akan dipertajam dengan Tafsir al-qur'an
seperti Tafsir at-Thabari, Ibnu Mas'ud, Ibnu Katsir dan sebagainya.
5.
Analisis data
Menggunakan
analisis Kualitatfif Deskriptif dan dipertajam dengan tafsir tematik.
6.
Validitas Data
Validitas data berfungsi sebagai pengukur, pengecek data yang telah
dihasilkan, apakah termasuk data yang benar-benar valid dan dapat dipertanggung
jawabkan kesahihannya atau tidak. Peneliti menggunakan validitas data yang pertama
triangulasi dalam arti bahwa peneliti akan mengecek hasil analisis data dengan
memper-bandigkan dengan karya-karya ahli pendidikan. Kedua peneliti menggunakan
metode diskusi artinya peneliti akan berdiskusi dengan berbagai pihak, ketiga
peneliti menggunakan metode komparasi referensi artinya peneliti akan
mencocokkan hasil penelitian dengan hasil penelitian ahli yang dipublikasi.
Hasil dan Pembahasan
Teks Ismailisasi Pendidikan Anak dalam al-Qur’an
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ
سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata Wahai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!, Ia menjawab Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar.[1]
Ibrahim As seorang nabi dan rasul pilihan Allah yang digelari
Khalilullah. Beliau dikisahkan seorang kepala keluarga yang telah
lama membina rumah tangga dengan dihiasi
pendidikan cinta,
kasih dan sayang bersama istrinya (Siti
Sarah). Istri tercinta yang selalu dapat mengisi kekurangan
dan kesepian yang mendera dalam kehidupan yaitu belum dikaruniai
keturunan. Karena itu, Ibrahim As setiap
saat berdoa untuk mendapatkan keturunan yang dapat mensyiarkan agama yang hanif. Namun Allah
belum juga mengabulkan permintaan tersebut. Beliau
tiada henti-hentinya berdoa kepada Allah agar mendapatkan keturunan.
رَبِّ
هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Allah yang Maha mendengar dan maha mengetahui,
maha Pemurah, maha memberi, akhirnya Allah mengabulkan permohonan
nabi Ibrahim As tersebut. Beliau diberikan seorang keturunan berjenis kelamin
laki-laki yang dinamai
Ismail. Ismail lahir bukan dari rahim Siti Sarah melainkan dari rahim Siti
Hajar istri kedua nabi Ibrahim As. yang juga merupakan pembantu rumah
beliau.
Berpuluh tahun
lamanya Ibrahim memohon Anak Kepada Allah tentu Ibrahim sangatlah bahagia
ketika doanya dikabulkan oleh Allah. Hampir seluruh waktunya ia habiskan dengan
Ismail untuk mendidik Ismail menjadi anak yang shalih dan
taat pada Allah dan kedua orang tuanya.
Pendidikan Ibrahim adalah pendidikan kasih sayang beliau
luapkan terhadap Ismail, memperkenalkan
pendidikan pengenalan diri dan pengenalan sang maha pencipta. Beliau mengajar
dan mendidik Ismail ilmu Aqidah, Syariat dan
Akhlaq, sampai Ismail berusia baligh dan aqil dengan harapan suatu saat nanti Ismail dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas dan relegius
serta beradab. Disaat Ibrahim mendidik Ismail dengan asyik melihat
kepandaian, ketaatan dan ketampanan Ismail, lalu datanglah perintah untuk
menyembeleh Ismail Putra kesayangannya. Perintah itu merupakan ujian terberat dan memukul serta meremukkan hati Ibrahim. Andaikan Ibrahim diberi pilahan mungkin
beliau lebih memilih ditimpa seribu gunung atau lebih baik diri Ibrahim sendiri
yang dikorbankan. Karena Ismail puluhan tahun
ditunggu-tunggu kedatangannya untuk mengisi segala hidup, menjadi
inspirasi dan kekuatan beliau dalam berdakwa untuk menyampaikan ajaran yang
hanif.
Dilain sisi,
membuat Ibrahim bertanya-tanya “bagaimana mungkin beliau bisa menyembelih buah
hatinya, seorang ayah tega membunuh darah dagingnya, putra yang akan
menggantikan tugas mulia dari seorang utusan Allah. Namun dengan segala ketaatan Ibrahim, kecintaan, kepasrahannya
kepada Allah. Beliau begitu yakin bahwa penyembelihan itu merupakan perintah Allah.
Dengan berat hati beliau sampaikan perintah tersebut kepada Ismail, putra kesayangannya. Seperti yang telah dijelaskan pada surat as-Shaffat:
102 diatas.
al-hasil ketika pisau
sudah di depan tenggorakan dan siap menembus kerongkongan Ismail, Ibrahim memajamkan
mata dan menyebut nama Allah, Ibrahim siap menggorok leher Ismail. Namun ketika
itu pisaunya tumpul tidak
dapat memotong leher Ismail. Ibrahim sedikit heran karena pisaunya sudah diasah sehari-hari dan sangat tajam masih saja
tidak bisa untuk memutus leher Ismail. Lalu
dipukulkan pisau itu kebatu, batu itu terbelah berkeping-keping dengan mudah. Malaikat-malaikat
menjadi saksi pengorbanan Ibrahim itu, lalu Allah mengantinya dengan seekor kambing
besar.
Hal ini yang melatar belakangi perintah Qurban sebagaimana telah
dijelaskan dalam al-Qur’an:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .
1. Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
Ayat tersebut sebagai dasar pendidikan qurban telah mampu mendidik
anak menjadi cerdas, taat beragama dan sholih social sebagai mana potret
pendidikan Ibrahim telah meluluskan Ismail menjadi anak yang ideal yaitu
menjadi anak yang berguna dan kebanggaan semua orang.
Salah satu materi pendidikan Ibrahim adalah materi
qurban, bertujuan untuk kepentingan ibadah dan social serta kesalihan diri
(kesabaran menjalankan perintah Allah dan tabah menerima ujiannya).
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia.[4]
Sesungguhnya
pendidikan qurban sudah diakui berhasilannya sejak nabi Adam as. Pendidikan Qurban
Adam as bertujuan untuk mendidik putra-putranya menjadi anak yang taat
pada perintah Allah dan berbakti kepada orang tuanya. Nabi Adam bermaksud untuk
mendewasakan putranya (Habil & Qabil) menjadi suami yang dewasa dan
bertanggung jawab dalam membina rumah tangga, sehingga keduanya diperintahkan
untuk berqurban, sebagaimana al-Quran menjelaskan
وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا
فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ
لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra
Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembah-kan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil); Aku
pasti membunuhmu!. Berkata Habil; Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban)
dari orang-orang yang bertakwa.[5]
Menurut ayat ini
bahwa pendidikan qurban adalah pendidikan
meningkatkan keimanan
(riligius) anak dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Ada pertanyaan mengapa pendidikan keimanan dan social dikedepankan?
Karena ketika seseorang sudah berhasil di bidang keimanan dan social, maka
pendidikan ilmu yang lain mudah dan mengikutinya dengan baik.
Kemudian ayat tersebut mengisahkan bahwa nabi Adam As. Memerintahkan kedua putranya yakni Qabil dan Habil lahir
dalam keadaan kembar, dengan jenis kelamin lelaki dan perempuan, yakni Qabil
dengan Iqlima dan Habil dengan Lubada. Maka Allah mensyariatkan
kepada nabi Adam As. agar menikahkan putra-putrinya dengan cara
bersilang. Yakni Qabil akan dinikahkan dengan saudari kembar Habil (lubada),
begitupun sebaliknya. Namun karena Qabil keras kepala dan kurang taat terhadap
perintah ayahnya. Maka dia menolak perintah tersebut, dengan alasan dia
bersikukuh ingin dinikahkan dengan saudari kembarnya sendiri yakni Iqlima,
konon lebih cantik dari Lubada. Lalu dengan bijak nabi Adam mendidiknya dengan memerintahkan berdua untuk
melakukan qurban. dengan ketentuan qurban yang diterima, maka dialah akan
dinikahkan dengan Iqlima. Qabil menyerahkan hasil berkebunnya berupa buah-buahan
dan sayur mayur. Sedangkan Habil dengan hati yang ikhlas dan penuh
kepasrahan menyerahkan seekor domba dari hasil mengembalanya. Allah lebih
memilih seekor domba yang diberikan oleh Habil dengan penuh rasa ikhlas dan
kepasrahan mengharap ridlo Allah swt.
Pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan dirumah
sangat perlu menerapkan bahkan melegalkan model pendidikan Nabi Adam dan Nabi
Ibrahim tersebut yaitu pendidikan qurban. Telah mencakup berbagai dimensi pendidikan
dan kebutuhan siswa (domain spiritual, intelektual, social kemasyarakatan dan
domain keteladanan moral). Tak kalah pentingnya pendidikan qurban menjadi
prioritas pengambilan penentu dan solusi dari problem anak-anak didik.
Manfaat Pendidikan Ismail Terhadap pendidikan anak
Setidaknya ada lima hal pendidikan Ismail yang dapat dijadikan ibrah dalam
proses pendidikan anak sebagai berikut berikut:
1. Niat
Semua melaksanakan pembelajaran hendaknya menata niat
yang benar
dan digantungkan pada Allah. al-Ghazali menjelaskan dalam Ihya bahwa:
Seseorang tidak
sampai kepada Allah (tidak akan dapat mencapai posisi kurban atau dekat dengan
Allah; amal ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah) kecuali apabila orang itu
“Sanggup membebaskan diri dari pengaruh hawa nafsu, Mampu mengendalikan diri sehingga
ia tidak terjerumus kedalam dan perilaku hidup hedonistic, bertindak efisien,
disiplin, istiqamah, dan selalu peduli terhadap lingkungan dalam rangka memupuk
kesadaran dan solidaritas, Seluruh aktivitasnya, gerak maupun diamnya.
seluruhnya ia niatkan karena Allah. Esensi niat karena Allah adalah memurnikan
ketaatan dan kepatuhan hanya kepada Allah sebagai wujud dari keimanan dan
kesadaran selaku makhluk hamba Allah, dan khalifah Allah di muka bumi. Allah
berfirman:
وما أمروا إلا ليعبدوا الله
مخلصين له الدين حنفاء…
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan
lurus ….(al-Bayyinah:5)
2. Orientasi
Orientasi pendidikan anak hanya kepada Allah dan
menghilangkan kebodohan serta mengharap ridho Allah. Bukan berorientasi
mendapatkan pekerjaan dan dapat ijazah.
Ketika ilmu sudah didapat maka pekerjaan dan ijazahpun akan didapat
dengan baik
3. Manfaat
Manfaat yang akan didapatkan dari pendidikan anak
harus jelas. Sebagaimana manfaat qurban: pertama
Pihak yang berkurban, manfaatnya adalah akan bertambah kualitas ilmu, keimanan,
dan ketakwaannya; posisinya semakin dekat kepada Allah. Kedua Nikmat dan karunia Allah tidak hanya oleh orang-orang
tertentu saja melainkan juga oleh orang-orang yang berada di lingkungan-nya, terutama oleh mereka yang berada pada posisi mustad’afin.
Ketiga Penyakit sosial, seperti sikap apatis, individualistik,
egoistic, dan kazaliman lainnya diharapkan terkikis oleh semangat pendidikan qurban,
sehingga apa yang disebut dengan kesenjangan sosial dapat menghindarkan diri
dari sikap dan perilaku kriminalitas, kejahatan-ekonomi, politik, social,
budaya dan sebagainya.
4. Metode
Ibrahim adalah seorang nabi yang kaya dan sangat
dermawan. Ia banyak mengorbankan harta kekayaannya untuk kepentingan sosial.
Suatu waktu ia diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih ratusan kambing dan
unta sebagai pendidikan kurban dan santunan bagi masyarakat yang ada
disekitarnya. Waktu itu, ia belum dikarunia anak. Pada waktu itulah ia berkata;
bahwa anak sendiripun akan dikorbankan apabila hal itu, diperintahkan oleh
Allah.
Maka tatkala anak itu benar-benar telah lahir, bahkan
telah dapat membantu pekerjaannya dan tentu merupakan anak yang sangat
didambakan dan dicintai oleh Ibrahim as dan isterinya Siti Hajar. Dan datanglah
tuntutan Allah agar Ibarahim membuktikan tekad dan kesetiaannya kepada Allah.
Setelah Ibrahim as yakin bahwa mimpi itu, benar-benar
perintah Allah, iapun berbulat hati untuk melaksanakannya. Ayah dan anak tunduk
pada kehendak Allah, tetapi Allah yang kemudian menghentikannya. Sesudah nyata
kesabaran dan ketaatan Ibarahim dan Ismail as maka Allah melarang menyembelih
Ismail dan untuk meneruskan kurban, Allah menggantikannya dengan seekor kambing
yang besar yang dagingnya diperintahkan untuk didistribusikan secara adil dan
merata terutama kepada mereka yang membutuhkan-nya.
فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير
peristiwa ini menjadi dasar syariat Kurban yang dilakukan setiap tahun
dalam rangkaian Hari Raya dan Ibadah Haji.
5.Tujuan
Tujuan berkurban adalah taqarrub kepada Allah, yaitu mendekatkan diri sedekat mungkin kepada-Nya untuk memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha-Nya. Upaya mendekatkan diri kepada Allah تقرب إلى الله adalah proses yang terus menerus bergerak tanpa henti. Karena taqarrub إلى الله merupakan proses terus menerus tanpa henti.
Begitu juga tujuan pendidikan qurban adalah bertujuan untuk mendidik anak
agar menjadi anak yang cerdas dan sholeh serta berkembang menjadi pribadi yang berkarakter ismail.
Itulah tujuan tulisan ini dan diharapkan tulisan ini
mampu memberikan inspirasi positif bagi pengelola lembaga pendidikan dan bagi
orang tua dapat mencontoh pendidikan yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as
dan bagi siswa atau anak-anak dapat mencontoh totalitas kepribadian dan akhlaq
ismail as.
Doa merupakan pendidikan Ibrahim
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang shalihin.
لَنْ
يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى
مِنْكُمْ....
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamu yang dapat
mencapainya.(al-Hajj:37)
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutu-kan Tuhan.[6]
Konsep Biaya Pendidikan Ismail
Secara ringkas isi dari pendidikan doa Ibrahim as adalah memohon
dijauhkan dari syirik, do’a untuk keberkahan tanah Haram, do’a agar diri dan
anak keturunannya menjadi orang yang mendirikan sholat.
Banyak
ayat al-qur’an yang menceritakan tentang pendidikan tidak geratis seperti surat Saba’:39
قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Katakanlah:
"Sesungguhnya Tuhanku melapa-ngkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya
diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah
akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya
Jadi biaya pendidikan yang dimaksud disini adalah
pertama jika orang tua si anak mampu secara ekonomi atau materi membayar SPP
sesuai dengan tagihan sekolah. Kedua jika orang tua si anak tidak mampu, maka
hendaknya orang yang memiliki kemampuan ekonomi ikut serta membiayai pendidikan
si anak tersebut. Oleh karena itu pihak sekolah, donator dan pemerintah
memperhatikan secara teliti tingkat kemampuan materi orang tua si anak.
Biaya pendidikan ismail yaitu pengurbanan materi berupa
uang dan binatang ternak yang dimiliki Nabi Ibrahim (orang tua ismail) bahkan pengurbanan
nyawa dihadiahkan untuk jihad dan patuh pada perintah Allah supaya menjadi anak
yang shabar dan sholih.
Kesimpulan ayat tersebut bahwa materi yang disumbangkan
untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan serta ketaatan beragama, maka Allah
akan memakmurkan dan menambah rezekinya lebih besar biaya yang telah
dikeluarkannya dengan ikhlas dan mengharap ridho Allah.
Lebih jelas al-Zarnuji ‘’Barang siapa yang memiliki harta
kekayaan, maka janganlah kikir, dan sabaiknya ia mohon perlindungan Allah agar
dihindarkan dari sifat kikir…. Dengan kekayaan yang dimilikinya hendaknya ia
membelih buku, melengkapi sarana pembelajaran, dan bila perlu hendaknya ia
menggaji guru untunk mengajari dan menulis buku. Hal ini akan menolong dalam proses belajar dan
memahami ilmu pengetahuan.[7]
Jadi sangat jelas bahwa pendidikan yang bagus adalah
pendidikan yang cukup media pembelajaran dan guru yang sejahtera ekonominya
sehingga guru terfokus untuk mengajar dan mendidik siswa, pikiran dan tenaganya
tidak terpecah untuk mencari nafkah.
Pendidikan yang lengkap media dan fasilitas
adalah pendidikan yang ada SPP atau sumbangan Donatur atau pemerintah. Dengan
demikian maka pendidikan yang tidak memiliki dana maka sulit untuk berkembang
dan sejahtera siswa dan gurunya. Konsep pendidikan kedepan adalah menerapkan
konsep sekolah nabi Ibrahim as yaitu memiliki dana yang sangat banyak hanya
untuk kepentingan pendidikan siswa atau anak-anaknya dan umat manusia. Kemuadia
materi pendidikan Ibrahim as adalah Tauhid, syari’ah dan akhlaq. Dengan ketiga
ini termasuk ipteks dan imtaq siswa atau anak dapat tercapai dengan baik.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ
الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mende-ngar lagi Maha Mengetahui.[8]
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ
أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri
ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada
menyembah berhala-berhala.[9]
رَبِّ
إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ فَمَن تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي
وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu
telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa
yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.[10]
رَّبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ
النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempu-nyai
tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami
(yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.[11]
رَبَّنَا إِنَّكَ
تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللّهِ مِن شَيْءٍ فَي
الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاء
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui
apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun
yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.”
(Ibrahim: 38)
الْحَمْدُ
لِلّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي
لَسَمِيعُ الدُّعَاء
“Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do’a.[12]
رَبِّ اجْعَلْنِي
مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku.[13]
Menurut keterangan ahli
tafsir, Nabi Ibrahim As mengucapkan do’a ini sesudah beliau (telah) mempero-leh
anak Ismail dan Ishaq.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua
ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat).[14]
رَبَّنَا
إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ
الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ
تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman
di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. [15]
رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
“Ya Tuhan kami terimalah daripada
kami (amalan kami) sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.[16]
رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى
بِٱلصَّٰلِحِينَ
”(Ibrahim
berdo’a): Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukanlah aku kedalam
golongan orang-orang yang shaleh. Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang mempusakai Syorga yang penuh kenikmatan.[17]
Menurut keterangan ahli
tafsir, Nabi Ibrahim memohon dengan do’a ini sebelum memperoleh anaknya Ismail.
رَّبَّنَا
عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ .رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟
وَٱغْفِرْ لَنَا رَبَّنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
”Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah
kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada
Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami janganlah Engkau jadikan kami (sasaran)
fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya
Engkau, Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[18]
DAFTAR RUJUKAN
أبو القسم محمود عمر الخورزم الزمخشر, الكشف الحقائق غوامد التنزل
وعيون الاقاو فى وجه التأويل
الامام الجليلين, تفسير القرأن الكريم
الحافظ ابن كثير اسمه ونسبه هو الشيخ الامام العالم الحافظ المفيد
البارع ، عماد الدين ، أبو الفداء ، إسماعيل بن عمر بن كثير بن ضوء بن كثير بن ذرع
قضى محمد بن على بن عبد الله الشوقانى السنعنى, فتح القدير (تفسير
القرأن)
محمد ابن جارير بن يزيد بن خالد بن كثير أبو جعفرالطبرى, جميع البيان
فى تفسير القرأن
محمد بن عمر بن الحسن التمم البكر شافعى التبرستنى فخرالدين الرازى,
مفاتح الغائب
تفسير السعدى
0 komentar
Posting Komentar